Artikel

Pupuk Organik VS Pupuk Kimia, Mana yang Mempercepat Kiamat?

Pertanyaan yang masing sering terdengar di kuping kanan kami adalah, “Apa perbedaan pupuk organik / kompos dengan pupuk kimia?” (Kalo kuping kiri, “kapan nikah?”)

Bagaimana cara menggunakan keduanya?

Apa pengaruhnya pada lahan tanaman?

Apakah kita membutuhkan dua-duanya, salah satu, atau bukan keduanya?

Pertanyaan ini semakin populer bersamaan dengan pupuk kimia yang semakin mahal dan langka. Dihadapkan dengan hal ini, banyak petani dan pekebun mulai memperdalam pengetahuan mereka tentang beberapa alternatif penggunaan pupuk.

Bisakah kompos, pupuk organik, maupun beberapa pendekatan lain seperti “tai hewan” bisa menyaingi penggunaan pupuk kimia yang sudah mendarah daging sepak terjangnya di Indonesia?

Yuk, kita bahas bareng perbedaan kompos vs pupuk kimia! 

Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Kimia

Perlakuan kompos dan pupuk kimia adalah dua pendekatan umum dalam memberikan nutrisi ke tanaman. Meskipun terdengar mirip, dan saling melengkapi, sebenarnya ada banyak perbedaan utama.

Kompos atau pupuk organik adalah campuran bahan organik yang membusuk, atau bahasa kerennya terdekomposisi. Asalnya dari bahan hidup yang sudah pada wafat, seperti pupuk kandang, sisa makanan, dan dedaunan. 

Saat mati, mereka akan dipecah oleh mikroba dan menjadi media tanam yang kaya akan nutrisi. Kandungan nutrisi inilah yang dimaksudkan untuk memberi makan tanaman, sekaligus membuat tanah menjadi subur. 

Perhatikan sekali lagi, “tanah menjadi subur”.

Pupuk kimia atau pupuk sintetis adalah zat sintetis yang bila diberikan ke tanaman, akan menjadi “makanan” bagi tanaman. 

Pupuk kimia adalah senyawa yang diproduksi secara kimiawi, sama seperti seperti amonium nitrat dan kalium sulfat. 

Ibaratnya kalau di manusia, pupuk kimia adalah vitamin, suplemen, atau obat yang diminum saat kita sakit.

Nah, kira-kira kalau kompos apa hayo?

Kelangkaan Pupuk Kimia

Kenaikan Harga Pupuk Kimia Urea dari DTN

Harga pupuk kimia sudah meroket rata-rata hingga 70% dari tahun lalu, karena adanya shortage pupuk kimia secara global. CNN juga melaporkan bahwa Pupuk Non Subsidi naik 100% di tahun 2022.

Kelangkaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan harga gas alam, kelangkaan sumber pupuk berbasis nitrogen tertentu. 

Selain itu, disinyalir kondisi Rusia dan Ukraina juga mempengaruhi keadaan ini, apalagi Rusia sudah menjadi salah satu pemasok pupuk terbesar di dunia. Tentu saja, pandemi juga membuat rantai pasokan global menjadi cukup rumit.

Dengan melonjaknya harga pupuk, ketahanan pangan menjadi isu yang cukup mendesak. Bagi petani yang bergantung pada pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen, penggunaan pupuk kimia yang lebih sedikit akan menghasilkan hasil panen yang lebih rendah.

Bagi konsumen, produksi yang lebih rendah akan menaikkan harga pangan.

Akhirnya petani yang ingin mengatasi kekurangan pupuk global mulai mencari metode alternatif. Beberapa petani beralih ke pupuk terbarukan, seperti pupuk kandang atau kompos, sebagai pengganti pupuk kimia.

Pupuk Organik VS Pupuk Kimia, Mana yang Lebih Baik?

Dengan kelangkaan pupuk secara global, kesempatan untuk beradaptasi agar tidak bergantung pada pupuk kimia menjadi cukup populer.

Tentu tidak bisa dipungkiri penggunaan pupuk kimia akan lebih “menguntungkan” karena aplikasi pupuk kimia yang intens akan mempercepat pertumbuhan dan panen.

Aplikasi tersebut juga akan menguntungkan sektor komersial pertanian dalam jangka pendek. Namun, residu kimia yang terlalu banyak akan berpotensi mematikan organisme di dalam tanah.

Lama-kelamaan tanah akan semakin tandus, dan kebutuhan pupuk kimia akan semakin meningkat.

Peralihan menggunakan pupuk organik atau kompos memang akan sedikit “merepotkan”, karena prosesnya akan mengulang dari awal, dan terkesan sedikit lebih lama.

Namun jika dilihat dari dampak jangka panjang, hal ini dapat membantu membangun kembali kesehatan tanah secara keseluruhan, sekaligus meningkatkan hasil panen.

Manfaat Pupuk Organik

Pupuk organik adalah metode penggunaan kembali bahan organik, (seperti kompos, pupuk kandang, sisa buah dan sayuran, rumput, dan bahan hidup atau yang sebelumnya hidup) menjadi media tanam yang kaya humus dan nutrisi untuk tanaman.

Pupuk organik juga merupakan upaya pengembalian proses siklus kehidupan, di mana sumber daya yang kaya nutrisi yang mungkin sudah ada dari petani atau komunitas bisa dikembalikan kembali ke bumi.

Hal tersebut akan menciptakan media tanam yang subur untuk musim-musim yang akan datang. Kebutuhan pupuk juga akan berkurang dengan drastis, dan kualitas kesehatan hasil panen juga semakin terjaga.

Menambahkan kompos akan mengembalikan kesehatan tanah secara keseluruhan, dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih sehat. Penambahan kompos juga akan meningkatkan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah.

Ini adalah beberapa manfaat dari pupuk organik.

  • Struktur tanah menjadi lebih baik, kaya nutrisi dan organisme baik
  • Adanya infiltrasi dan retensi air yang lebih baik
  • Lebih sedikit terjadi erosi
  • Peningkatan pasokan nutrisi, serta penyerapan nutrisi oleh tanaman
  • Keragaman yang lebih besar dari kehidupan mikroba di dalam tanah, untuk membantu tanaman tumbuh sehat dan melawan penyakit
  • Ketahanan tanah menjadi lebih panjang, serta lebih kuat menghadapi tantangan dari kekeringan, kebakaran hutan, dan banjir

Pupuk organik dan kompos yang berkualitas biasanya mengandung spektrum nutrisi tanaman yang luas. Namun yang paling sering dibutuhkan adalah tiga unsur alami utama yang mengandung nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). 

Selain itu, kompos menyediakan unsur hara mikro dan mineral yang lebih banyak. Beberapa dari mereka juga mengandung mikroba baik yang hampir tidak pernah dimiliki oleh pupuk kimia.

Untuk petani yang memiliki lahan yang luas, kekhawatiran yang umum terjadi adalah kebutuhan kompos dan pupuk organik dalam jumlah besar dikhawatirkan bisa memakan biaya yang jauh lebih besar. 

Namun sebenarnya ekstrak kompos dan pupuk organik bisa sangat mengurangi biaya, apalagi jika kita bisa memproduksi pupuk organik secara mandiri.

Jika dibandingkan secara teknis, kelangkaan dan kenaikan harga pupuk kimia memiliki selisih biaya yang lebih mahal daripada penggunaan pupuk organik.

Dampak Penggunaan Pupuk Kimia

Pupuk kimia dapat menjadi cara yang praktis dalam proses pemasokan unsur-unsur kimia yang ingin ditargetkan untuk tanaman dalam jangka pendek. 

Karena mereka hanya ditujukan untuk memberikan nutrisi secara langsung ke tanaman, ketergantungan yang tinggi pada pupuk kimia dapat merusak kondisi biologi tanah dan menyebabkan tanah menjadi kurang subur dari masa ke masa. 

Dalam beberapa kasus, aplikasi pupuk yang berlebihan dapat mendatangkan konsekuensi seperti adanya kontaminasi udara dan air, kerusakan tanaman, merusak kemampuan tanaman untuk menyerap air, dan mempengaruhi hasil panen.

Pupuk Organik Menunda Kiamat

Penelitian terbaru oleh Nature menunjukkan bahwa penggunaan praktik pertanian secara regeneratif akan meningkatkan keragaman organisme tanah, menyuburkan tanaman, proses pengikatan nitrogen lebih baik, dan mengurangi penggunaan pupuk nitrogen sintetis.

Dengan penggunaan metode seperti kantong mikroba, dan penggunaan cairan yang mengandung banyak nutrisi dan mikroba akan semakin menyuburkan tanah. Lama kelamaan, kebutuhan pupuk juga akan semakin berkurang.

Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi biologi dan fungsi tanah menjadi semakin berkualitas. Mikroba di tanah dapat membantu membuat fosfor yang ada di tanah, serta membuat nitrogen dari udara untuk tanaman.

POC atau Pupuk organik cair juga sudah menjadi solusi yang cukup populer dalam peralihan metode pertanian dari pupuk kimia menjadi organik. Apalagi jika POC tersebut selain kaya nutrisi, juga mengandung mikroba baik yang bisa membenahi kondisi tanah yang semakin tandus akibat terlalu banyak menerima residu dari pupuk kimia.

Tanduria juga berupaya mengajak petani untuk kembali pada cara organik secara bertahap. Penggunaan POC dengan kandungan 12 mikroba aktif seperti Bio Elixir dari Tanduria bisa menjadi penunjang bagi urban farmer yang ingin mengembalikan kekayaan organisme di dalam tanah, serta memberikan nutrisi organik bagi tanaman.

Dengan cara ini, petani dapat berupaya mengurangi penggunaan pupuk dari masa ke masa, sehingga mengurangi biaya produksi. Beberapa petani bahkan secara radikal bisa mengurangi atau menghilangkan sama sekali kebutuhan pupuk nitrogen setelah kondisi biologi tanah sudah dipulihkan. 

Semakin subur tanah kita, semakin panjang umur bumi, dan semoga bisa menjauhkan kita dari kiamat dunia, hehehe. Jangan serius-serius ya brother, cuman “figure of speech” kalo kata orang Jawa. (Tanduria Post-Giman)

 

Untuk informasi lebih lanjut seputar urban farming, panduan bertanam, dan tips perawatan tanaman, bergabunglah dengan komunitas "Taman Tanduria" di Grup Telegram kami.

Gabung di Taman Tanduria

Silakan instal aplikasi Telegram di perangkat Anda untuk mendapatkan update terkini seputar dunia berkebun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button